Friday, July 23, 2010

GADIS KECIL terinspirasi oleh musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono




3 gambar terakhir memang terinspirasi dari hasil menyimak lagu.
Termasuk yang ini juga :]

[pensil mekanik 2B, spidol snowman hitam, drawing pen snowman 0.1 dan 0.5, kertas hvs A4]




HUJAN JANGAN MARAH terinspirasi oleh Efek Rumah Kaca




 Efek Rumah Kaca lagi kali ini :p
Ahh...saya benar-benar senang menyimak lagu mereka <3

[pensil mekanik 2B, spidol snowman hitam, kertas putih hvs A4]





SEBELAH MATA terinspirasi oleh Efek Rumah Kaca



Efek Rumah Kaca. 
Siapa yang tidak hanyut dengan lagu-lagu mereka? Begitu pun saya. 

[pensil mekanik 2B, spidol snowman hitam, kertas putih hvs A4]






GUNDALA PUTRA PETIR font


 


Font ini untuk band teman saya "Gundala Putra Petir". Terlihat berusaha untuk supaya berbau grindcore hehehe... Tapi jadinya malah seperti ini... :(

[pensil mekanik 2B, spidol snowman hitam, kertas putih hvs A4]



Ternyata dipakai buat merch kaosnya mereka.
[ maaf, nyiet fotomu ak pajang hehe :p ]
Fyi, nyiet adalah bassisnya Yunus Kicked Her Nose.

DEAFENING SILENCE font

Hehe... ini dia font band saya, "Deafening Silence"
Saya bikinnya lumayan cepat karena gitaris saya sudah ngasi gambarannya, jadi tugas saya tinggal mengaplikasikan idenya di atas kertas :]

[pensil mekanik 2B, spidol snowman hitam, kertas putih hvs A4]



Kemudian dipoles dengan jasa photoshop. Dan selanjutnya naik cetak untuk sticker band kami.
 

Monday, July 19, 2010

Quote of today



"Jangan sepelekan latihan karena berlatih benar-benar membuat kita tampil maksimal"
    by: me :]  




nb: kata pepatah "practice makes perfect" memang bener :[
     




RADIO


Don't you know it's alright to be alone
You can make it on your own, yeah
Don't you know it's alright to be alone
You can make it on your own



Ya, betul banget. Ini lagu dari Ash yang berjudul Candy. Lagu ini dulu trendi sekali waktu saya masih SMP kelas 3. Tiap pulang sekolah saya selalu request lagu ini di radio . Lagu ini jadi semacam anthem buat saya dan teman-temen waktu itu. Kalau saya nggak sempet, pasti teman saya yang lain yang kemudian bergantian request dan menitipkan salam lewat radio itu. Hehe...bener-bener jaman klasik banget.

Radio adalah bagian hidup anak muda.

Tapi hal itu saya rasa berubah kira-kira setelah tahun 2005. Radio tidak lagi menjadi media yang mewakili seluruh bagian dari anak muda, hanya mewakili bagi mereka yang mentereng saja. Dalam artian, begini... kita mulai saja dari para pekerja di balik mikropon. Awal-awal radio berdiri mereka pasti punya penyiar yang bagus, yang bener-bener bagus. Mereka nggak hanya menyajikan musik dan membaca teks dari script. Pembicaraan mereka membawa pendengarnya ke ranah yang belum pernah dipijak pendengar.

Mereka mampu menjadikan musik tidak hanya sekedar sebagai sebuah produksi yang penyanyinya bernama ini, berjudul ini, dan beraliran ini. Tapi musik adalah sebuah sejarah dan patut kita letakkan sebagai ilmu pengetahuan yaitu budaya pop :p. Menjadikan musik sebagai hal yang ber-attitude. Apa yang mereka sampaikan kata per kata melalui transmitter adalah apa yang ingin kita dengar. Adalah apa yang kita tunggu. Dan apa yang ingin kita sumpalkan di sela-sela otak kita yang telah mengkerut disumbang banyak data.

Tapi tidak untuk era-era sekarang ini. Saya tidak sebut semua tapi sebagian besar radio-radio yang targetnya untuk anak muda. Ini salah yang punya radio, tim rekrutmennya, atau kesalahan kita bersama? Saya yang dulu pendengar setia radio, sekarang beralih bosan. Kenapa? Apa yang saya dapatkan dahulu tidak saya dapatkan lagi saat ini. Suatu kesalahan terbesar apabila radio tak memberikan apapun bagi pendengar. 

Coba kamu tengok film "The Boat That Rocked", mungkin gambaran ideal penyiar radio menurut saya kurang lebihnya seperti itu :p

Tanpa punya rasa cinta terhadap musik, apa benar mereka bisa?
Tanpa punya passion terhadap budaya, apa benar bisa?
Tanpa punya pengetahuan untuk ditularkan, apa juga bisa?
Tanpa punya referensi yang lebar, apa benar bisa?

Coba sekarang dengarkan saja radio anak muda di kota ini, kamu tidak akan menemukan apa-apa selain banyolan garing, curhat colongan, obrolan membosankan, dan playlist yang bisa kita jumpai di tangga-tangga musik mainstream. Dan pun jika kalian menemukan topik pembicaraan yang pintar dan sehat dengan diikuti komentar-komentar penyiar yang cerdas serta diiringi lagu-lagu yang membuat kamu penasaran, maka berbahagialah.... Bisa jadi itu stasiun radio langka dan kamu patut mendengarkannya. Serta menyelamatkannya.



SAVE THE RADIO, PLEASE 







Sunday, July 18, 2010

Quote of today


"Only home is the best place ever."
by: me :]

Saturday, July 17, 2010

KASET : Apakah kini sudah tersingkir dan terlupakan?

Saya terlahir di era 80an akhir dan besar dengan ceria di sepanjang tahun 90an. Tahun-tahun itu benar-benar tahun terkeren [menurut saya pribadi]. Gimana tidak keren? Saya dan orang-orang seumuran saya pasti juga berbahagia dengan musik yang ada di tahun itu. Dibesarkan dengan musik yang sesuai dengan umur. Mana ada orang yang tidak miris ketika melihat anak-anak kecil yang masih mini tapi nyanyinya cinta-cintaan, patah hati, tangis-tangisan, rengek-rengekan. Haduh, depresif. 

Jaman segitu saya nge-fans berat dengan Kak Seto dan boneka-boneka binatang aneh seperti mutan tapi menggemaskan, ada Si Komo, Ulil, dll. Selain boneka rekayasa tadi ada juga boneka lain yang nggak kalah anehnya dan berhasil bikin saya percaya dan sedih berhari-hari, gara-gara Susan [bonekanya Kak Ria Enes] digosipkan meninggal. Hahaha...gokil. Trus ada juga nih idola saya yang lain: Melisa, Agnes Monica, Bondan Prakoso, Eno Lerian, Trio Kwek Kwek. Hahaha masa SD saya sungguh gemilang. Dari nge-fans sama mereka, mulailah saya melakukan ritual yang sering dilakukan oleh semua orang pecinta musik yaitu "Membeli Kaset". 

Kayaknya ada yang kurang ketika suka sama penyanyi tapi nggak punya kasetnya. Nggak komplit. Kaset pertama yang saya beli itu kasetnya Si Komo sama Susan. Hahaha... Sejak itu kaset jadi bagian hidup saya :]

Sekarang di tahun 2010 kaset sudah ditinggalkan ya sama orang-orang? Semenjak era download booming dan cakram berjuluk Compact Disc jadi media penggandaan resmi yang sekarang dipilih perusahaan-perusahaan rekaman. Dan ajaibnya di Indonesia produksi kaset masih ada walau jumlahnya nggak yang sesangar dulu. Padahal rakyat Amerika bilang kalau kaset itu sudah jadi barang klasik. Hehehe dan negara ini memang klasik.

Dan berita bagusnya bagi para penggemar kaset seperti saya adalah... toko-toko kaset besar berbondong-bondong jual kaset pake banting harga. Untuk kaset musisi luar negeri yang harganya semula sekitar 20ribu ke atas sekarang diobralin cuma jadi 7500 rupiah. Hohoho...buat yang ada di Semarang bisa cek di toko kaset Bulletin Citraland atau di toko kaset di Sri Ratu Pemuda. Semoga masih ada ya. Kalau sekarang sudah sedikit kaset yang diobral, berarti ada pengepul kaset yang juga sudah menyelamatkan harta karun itu hehe...

Ini dia beberapa kaset yang saya beli beberapa hari yang lalu cuma dengan kocek tujuh ribu lima ratus rupiah. Alhamdulillah.... ^^
[hehe maaf nggak sempet motret kasetnya, jadi saya hanya lampirkan cover hasil pencarian om google :p]

MANIC STREET PREACHERS - THIS IS MY TRUTH TELL ME YOURS

NINE INCH NAILS - [WITH_TEETH]

RAMMSTEIN - REISE REISE

ELLA FITZGERALD - GOODY GOODY
 
MASSIVE ATTACK - COLLECTED
    
CORE OF SOUL - 3

MEW - AND THE GLASS HANDED KITES

THE DRESDEN DOLLS - YES, VIRGINIA

THE CARPENTERS - AS TIME GOES BY

ALLANIS MORISSETTE - UNDER RUG SWEPT

Hehe saran saya terus hunting kaset mulai sekarang, mungkin beberapa tahun lagi kaset akan benar-benar sirna dari muka bumi ini :]

I CASSETTE

Musikalisasi Puisi Sapardi Djoko Damono - Gadis Kecil


Beberapa saat yang lalu, film yang saya tunggu-tunggu "Minggu Pagi di Victoria Park" akhirnya tayang juga di bioskop Semarang. Kontan saya segera mengabari saudara2 saya buat nobar.

Kenapa saya menunggu-nunggu film ini? Banyak alasan. Antara lain, saya pengagum drummer perempuan bernama Titi Sjuman dan dia menjadi salah satu tokoh utamanya. Kemudian film ini disutradarai oleh pemain utamanya juga yakni Lola Amaria. Wuihh saya jelas penasaran dengan 2 alasan itu. Lalu alasan lain yang sangat menarik perhatian adalah tema film ini yaitu mengangkat isu buruh migran perempuan di Hongkong.

Oke, kemudian saya pun pergi menonton. 

Saat ini saya hanya akan share soal soundtracknya. Gubrak! Hehehe... Waktu adegan apa ya saya lupa... [kalau ada yang ingat bisa tolong diingatkan hehe...]. Dalam adegan itu diiringi alunan lagu yang langsung nyentel di telinga dan terekam terus di otak. Lirik lagu tersebut adalah...

mencintai angin harus menjadi siut
mencintai air harus menjadi ricik
mencintai gunung harus menjadi terjal
mencintai api harus menjadi jilat
mencintai cakrawala harus menebas jarak
mencintaiMu harus menjelma aku
Ternyata oh ternyata lagu tersebut adalah musikalisasi dari puisinya Sapardi Djoko Damono berjudul "Sajak Kecil Tentang Cinta" yang ada di album "Gadis Kecil".



Komentar tentang lagu-lagu dalam album musikalisasi puisi itu? KERENNNNN... semua lagu tanpa luput. Sangat sangat direkomendasikan bagi yang suka musik akustik minimalis namun "dalam" dengan iringan petikan gitar, flute yang lembut, dan biola. 

KLIK DISINI untuk info lebih lanjut dan lebih akurat hehe...




TEMAN?

Teman?

Pasti kita langsung bakal menyiapkan diri untuk menuliskan bahwa teman adalah bla bla bla and the bla. Tapi bagi saya, saya bingung. Apa itu teman? Memang ada ya? Saya pikir nggak ada. Teman itu tidak ada. Tidak di sampingmu maupun di depanmu. Dia tidak ada. Fisiknya maupun maknanya.

Teman adalah orang yang "belum" menjadi pembencimu.

Teman itu mustahil, tapi tidak untuk  "saudara". Ketika kita bersaudara, kebencian itu tidak ada. Rasa saling memiliki itu sangat sangat ketat hingga saking ketatnya rasa memiliki itu menghablur jadi keikhlasan dan kebebasan. Ketika kita bersaudara, apa yang kita beri dan terima menjadi kewajaran dan tidak lagi ditimbang-timbang untung ruginya. Ketika bersaudara, kritik kita menjadi umpan perhatian besar yang siap kita lahap dengan berbahagia. Ketika kita bersaudara, kita tidak lagi mencari persamaan karena kita berpikir "Ah, apa nyamannya diliputi suasana homogen?" kita pun mulai berseteru dan tertawa lepas kemudian.

Sayalah manusia yang tak punya teman. Saya hanya punya saudara-saudara yang menerima paket komplit baik dan busuknya masing-masing kami tanpa terpisah. Saya hanya punya saudara yang punya segala hubungan interpersonal yang alamiah dan wajar.

 

blogger templates | Make Money Online