IRON JAWED ANGELS
Produksi: HBO Films
Tahun: 2004
Sutradara: Katja von Garnier
Film ini memberikan gambaran seperti apa pergerakan feminisme gelombang pertama di Amerika. Isu yang diusung waktu itu adalah hak pilih perempuan dan isu hak tenaga kerja perempuan. Mereka begitu gencar memperjuangkan keterwakilan perempuan dalam pemerintahan. Hal ini menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada pembentukan kebijakan yang tidak lagi diskriminatif.
Bayangkan, pada waktu itu pembuat kebijakan semuanya laki-laki, perempuan diprovokasi untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik, perempuan kelas menengah diarahkan untuk menjadi ignoran dan tidak perlu mendukung gerakan, buruh perempuan mendapatkan gaji lebih rendah daripada buruh laki-laki, bahkan sampai fasilitas mendasar seperti tangga darurat kebakaran pun tidak disediakan di tiap-tiap pabrik.
Proses gerakan penuh dengan dinamika. Sesama aktifis perempuan saling tidak percaya. Sesama perempuan saling menjegal demi mendapatkan kedudukan politik. Timbul rasa pesimis apakah keterwakilan perempuan di pemerintahan akan berpengaruh ke kesejahteraan masyarakat. Belum lagi diskriminasi rasial di Amerika yang menahun membuat feminist kulit hitam sempat meragukan ketulusan feminist kulit putih. Hingga pada akhirnya solidaritas terbangun. Yeah, politic sucks tapi film ini memberikan gambaran yang sangat informatif dan menarik mengenai perjuangan para feminist dalam upaya pembentukan kebijakan atau aturan hukum yang adil bagi semua orang tanpa kecuali.
Dua pemeran utama dalam film ini yaitu Alice Paul diperankan oleh Hilary Swank dan Lucy Burns yang diperankan oleh Frances O’Connor merupakan feminist muda yang rebel, kreatif, ekspresif dan ngga pernah takut terhadap apapun bahkan menentang “feminist senior”. Alice sempat berkata bahwa dia ngga mau melawan sesama perempuan tapi keadaan jadi semakin sulit karena feminist muda terus ditekan oleh kaum konservatif. Alice dan kawan-kawan memilih lepas dan mendirikan NWP (National Woman’s Party).
Hal menarik lainnya, mungkin hal ini juga sempat dialami oleh perempuan yang berjuang di isu feminisme yaitu persoalan menghadapi percintaan dan masalah personal. Lucy ingin menyerah dari perjuangan karena khawatir dengan usianya. Lucy berpikir lebih baik menyudahi perjuangan kemudian menikah dan memiliki banyak anak. Alice pun memiliki kekhawatiran yang hampir sama, apakah ada laki-laki yang mau menerima diri Alice beserta ideologi dan perjuangannya. Inez, sang Joan Of Arc, tiba-tiba mengundurkan diri karena merasa sangat lelah dengan perjuangan yang terasa ngga-ada-habisnya. Ini memang “huft” banget. Tapi saudari yang sebenarnya adalah saudari yang saling menguatkan, saling mendukung, saling mengingatkan tujuan pergerakan. Mereka bisa bangkit lagi dan mantap meneruskan perjuangan. Terharu.
Ngga ada perjuangan yang sia-sia. Perjuangan Alice, Lucy dan kawan-kawannya di NWP terbayar dengan Amandemen ke-19 Konstitusi Amerika Serikat tahun 1920 yang memberikan hak pilih kepada perempuan. Walaupun konstitusi itu harus dibayar dengan perjuangan berat dan penganiayaan yang diterima oleh Alice. Alice dan kawan-kawan sempat dijebloskan ke penjara dengan tuduhan mengganggu ketertiban umum atas aksi yang dilakukannya di depan Gedung Putih.
Perjuangan tidak berhenti di gelombang pertama karena ada gelombang-gelombang baru yang akan terus bergerak melawan arus patriarki. Kini kita sudah menemukan keadaan dimana perempuan tidak dilarang sekolah, perempuan memiliki hak memilih dan dipilih, pelarangan perkawinan anak, perbaikan fasilitas kesehatan, pelarangan female genital mutilation atau sunat perempuan, penghargaan yang sama kepada anak perempuan karena jaman dulu bayi perempuan banyak dibunuh karena dianggap tidak berguna, kesetaraan hak ketenagakerjaan antara perempuan dan laki-laki, berakhirnya perbudakan, persamaan hak untuk LGBTIQ, pengakuan otonomi atas tubuhnya sendiri, dsb. Namun, pada kenyataannya di berbagai daerah dengan kultur patriarki yang kuat, masih ada praktik-praktif diskriminatif dan tidak berperikemanusiaan.
Film ini memang menarik banget. Film ini menyajikan sejarah yang penting. Recommended!
Produksi: HBO Films
Tahun: 2004
Sutradara: Katja von Garnier
Film ini memberikan gambaran seperti apa pergerakan feminisme gelombang pertama di Amerika. Isu yang diusung waktu itu adalah hak pilih perempuan dan isu hak tenaga kerja perempuan. Mereka begitu gencar memperjuangkan keterwakilan perempuan dalam pemerintahan. Hal ini menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada pembentukan kebijakan yang tidak lagi diskriminatif.
Bayangkan, pada waktu itu pembuat kebijakan semuanya laki-laki, perempuan diprovokasi untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik, perempuan kelas menengah diarahkan untuk menjadi ignoran dan tidak perlu mendukung gerakan, buruh perempuan mendapatkan gaji lebih rendah daripada buruh laki-laki, bahkan sampai fasilitas mendasar seperti tangga darurat kebakaran pun tidak disediakan di tiap-tiap pabrik.
Proses gerakan penuh dengan dinamika. Sesama aktifis perempuan saling tidak percaya. Sesama perempuan saling menjegal demi mendapatkan kedudukan politik. Timbul rasa pesimis apakah keterwakilan perempuan di pemerintahan akan berpengaruh ke kesejahteraan masyarakat. Belum lagi diskriminasi rasial di Amerika yang menahun membuat feminist kulit hitam sempat meragukan ketulusan feminist kulit putih. Hingga pada akhirnya solidaritas terbangun. Yeah, politic sucks tapi film ini memberikan gambaran yang sangat informatif dan menarik mengenai perjuangan para feminist dalam upaya pembentukan kebijakan atau aturan hukum yang adil bagi semua orang tanpa kecuali.
Dua pemeran utama dalam film ini yaitu Alice Paul diperankan oleh Hilary Swank dan Lucy Burns yang diperankan oleh Frances O’Connor merupakan feminist muda yang rebel, kreatif, ekspresif dan ngga pernah takut terhadap apapun bahkan menentang “feminist senior”. Alice sempat berkata bahwa dia ngga mau melawan sesama perempuan tapi keadaan jadi semakin sulit karena feminist muda terus ditekan oleh kaum konservatif. Alice dan kawan-kawan memilih lepas dan mendirikan NWP (National Woman’s Party).
Hal menarik lainnya, mungkin hal ini juga sempat dialami oleh perempuan yang berjuang di isu feminisme yaitu persoalan menghadapi percintaan dan masalah personal. Lucy ingin menyerah dari perjuangan karena khawatir dengan usianya. Lucy berpikir lebih baik menyudahi perjuangan kemudian menikah dan memiliki banyak anak. Alice pun memiliki kekhawatiran yang hampir sama, apakah ada laki-laki yang mau menerima diri Alice beserta ideologi dan perjuangannya. Inez, sang Joan Of Arc, tiba-tiba mengundurkan diri karena merasa sangat lelah dengan perjuangan yang terasa ngga-ada-habisnya. Ini memang “huft” banget. Tapi saudari yang sebenarnya adalah saudari yang saling menguatkan, saling mendukung, saling mengingatkan tujuan pergerakan. Mereka bisa bangkit lagi dan mantap meneruskan perjuangan. Terharu.
Ngga ada perjuangan yang sia-sia. Perjuangan Alice, Lucy dan kawan-kawannya di NWP terbayar dengan Amandemen ke-19 Konstitusi Amerika Serikat tahun 1920 yang memberikan hak pilih kepada perempuan. Walaupun konstitusi itu harus dibayar dengan perjuangan berat dan penganiayaan yang diterima oleh Alice. Alice dan kawan-kawan sempat dijebloskan ke penjara dengan tuduhan mengganggu ketertiban umum atas aksi yang dilakukannya di depan Gedung Putih.
Perjuangan tidak berhenti di gelombang pertama karena ada gelombang-gelombang baru yang akan terus bergerak melawan arus patriarki. Kini kita sudah menemukan keadaan dimana perempuan tidak dilarang sekolah, perempuan memiliki hak memilih dan dipilih, pelarangan perkawinan anak, perbaikan fasilitas kesehatan, pelarangan female genital mutilation atau sunat perempuan, penghargaan yang sama kepada anak perempuan karena jaman dulu bayi perempuan banyak dibunuh karena dianggap tidak berguna, kesetaraan hak ketenagakerjaan antara perempuan dan laki-laki, berakhirnya perbudakan, persamaan hak untuk LGBTIQ, pengakuan otonomi atas tubuhnya sendiri, dsb. Namun, pada kenyataannya di berbagai daerah dengan kultur patriarki yang kuat, masih ada praktik-praktif diskriminatif dan tidak berperikemanusiaan.
Film ini memang menarik banget. Film ini menyajikan sejarah yang penting. Recommended!