Monday, April 11, 2011

Mengiris Isu

Lagi-lagi saya cukup dibuat bingung lagi oleh sesuatu hal yang sebenarnya nggak perlu terjadi. Nggak perlu terjadi andai orang-orang ini cukup nggak perlu ambil pusing kalau memang nggak ingin terlalu pusing. Orang-orang yang menghakimi sesuatu tanpa dasar yang logis.

Kasus Icha-Umar memang sedang santer-santernya di blow up oleh media massa. Akhirnya muncullah macam-macam opini. Dan yang mengkhawatirkan adalah pembentukan opini yang hanya bersumber dari media massa saja. Mungkin tidak akan terlalu bahaya jika sudah punya pisau tajam untuk mengiris interpretasi  media massa tersebut.

Feminisme ada karena ada banyak pertanyaan. Ada pemikir-pemikir yang terus bertanya. Mendasarkan pada berbagai hal yang melatarbelakangi, yang membuat terjadi, yang mengakibatkan sesuatu, apapun yang terkait ataupun yang akan dikaitkan. Sebenarnya "pisau feminisme" itu sederhana namun bukan dangkal. Ketika akar-akarnya menembus tanah dan kuat, maka jelas jika batang dipenggal sekalipun, cabang-cabang baru akan terus tumbuh.

Sikap selalu bertanya dan bertanya itulah yang harusnya terus ditumbuhkan oleh pemikir-pemikir. Ketika merasa tak punya lagi pertanyaan dan merasa cukup dengan sajian data yang ada, seperti makan di restoran siap saji, jika begitu maka sebenarnya dirinya telah meracuni tubuhnya sendiri.

Kondisi-kondisi yang tak mampu dideskripsikan oleh buku-buku maupun jurnal manapun, seharusnya yang paling penting untuk dijawab. Normatif itu penjara, egois dan nggak asik :p

Seperti kasus Icha-Umar ini, menurut media Icha telah mengaku ke kepolisian bahwa dirinya adalah laki-laki tulen. Apa yg membuat Icha membuat pernyataan seperti itu? Apakah ada paksaan? Ketakutan? Malu? Terintimidasi? Apa benar Umar tidak tahu bahwa Icha adalah transgender? Apa benar tahu tapi tak mengaku? Apa Umar juga takut? Apa Umar juga malu? Apa Umar juga merasa terintimidasi? Dari mana warga tahu bahwa Icha adalah laki-laki? Warga mendengar dari mana? Terpercaya atau tidak sumbernya? Apakah Icha benar-benar transgender? Atau Icha hanya berpura-pura menjadi transgender dan memiliki maksud-maksud tertentu? Apa Icha adalah homoseksual yang feminin? Pura-pura feminin? Atau memang batiniah dia feminin? Apa Umar heteroseksual? Biseksual? Homoseksual? Atau malah aseksual? Atau jangan-jangan Umar juga transgender? Pengukuran apa yang digunakan untuk mengukur kompleksitas orientasi seksual itu? Kenapa warga ribut dengan hubungan Icha-Umar? Apakah warga telah dirugikan atas hubungan Icha-Umar? Polisi akan menjerat Icha dengan pasal apa? Memenuhi unsur-unsur pidana saja, perdata saja, dua-duanya atau malah tidak keduanya? Siapa yang salah atas pencatatan pernikahan resmi mereka kemarin? Apakah birokrasi memang benar-benar bobrok? Apakah Icha benar memalsukan identitasnya? Jika iya, kenapa Icha melakukan perbuatan tersebut? Jika tidak, kenapa pernikahanya bisa dicatat di KUA? Jangan-jangan Icha sudah mendapat penetapan dari pengadilan atas identitasnya yang baru? Apa negara telah membuka akses yang mudah untuk warga negaranya yang ingin mengubah identitas? Apa negara telah melindungi warga negaranya atas kebebasan memilih identitas? Apa negara telah melindungi semua hak asasi warga negaranya? Kalau tidak ada perlindungan terhadap itu semua, lalu apa yang menyebabkan itu tidak terlindungi? Budayakah? Agamakah? Politikkah? dan mari terus mencecar dengan pertanyaan-pertanyaan hingga menukik. Masih ada ribuan pertanyaan lain yang bisa ditanyakan pada otak-otak kita :)


 Being non judgmental is important, of course!!! 


3 comments:

  1. hahahahah,
    nice post :)
    bikin berfikir ulang terhadap penilaian yg kita lakukan terhadap seseorang, tepat atau tidak? apa dasarnya? :)

    ReplyDelete
  2. hu'um terus belajar utk tdk unfair saat menilai, Yan

    ReplyDelete
  3. tertarik dengan "tanda" dan "teks" yg kamu pasang. Pro choice?

    ReplyDelete

 

blogger templates | Make Money Online