Friday, December 3, 2010

Buku : "Mati, Bertahun yang Lalu" - Soe Tjen Marching


Kita mengenal Bu Soe Tjen Marching sebagai pemimpin redaksi majalah Bhinneka. Kali ini beliau menulis sebuah novel berjudul "Mati, Bertahun yang Lalu" yang ditulis di atas kue tart cantik berwarna pink dengan hiasan icing bunga berwarna-warni. Dari muka kita sudah mulai mencium aroma satir.

Sebuah kotak yang berisi kematian dan kehidupan dibenturkan oleh beliau hingga hancur berkeping-keping membuat dikotomis hidup mati jadi tidak berlaku lagi, terutama di novel ini. Dalam kehidupan terdapat kematian, dan di dalam kematian pun ada kehidupan.

Dalam novel ini, Bu Soe Tjen menyelipkan banyak sekali guyonan satir dan ironi tentang isu politik dan sosial yang terjadi di negara ini. Misalnya isu Orde Baru, perkosaan massal tahun 98, tragedi Semanggi, rasisme :]

Saya suka halaman 57 "Antara Ada dan Tiada", begini kalimatnya :
      Apakah aku ada atau tiada?
      Orang mati biasanya disebut tiada, atau tidak ada.
     "Nenek saya sudah tidak ada" artinya nenek sudah meninggal. Tapi apa arti tiada itu? Lawan kata ada? Sesuatu yang tidak ada?
      Berarti:
      Bila tiada memang benar-benar tak berwujud, mengapa harus ada kata yang menggambarkannya? Bila ada kata "tiada", bukankah ini suatu keberadaan tersendiri? Dan bukankah ini berarti bahwa "tiada" bukan hanya sekedar kekosongan dan kehampaan yang tak perlu disebut?
      Ketiadaan adalah ada. Karena bila ketiadaan adalah tiada, maka ia tak perlu lagi disebutkan, dikatakan, atau digambarkan.
      Orang yang mati biasanya disebut tiada. Apakah orang mati telah tiada? Hilang lenyap begitu saja?
      Lalu apakah tiada itu?
      Aku adalah ketiadaan yang ada, ataukah keadaan yang tiada?


Judul       : Mati, Bertahun yang Lalu
Penulis    : Soe Tjen Marching
Penerbit  : PT. Gramedia Pustaka Utama
Harga     : Rp. 40.000,- 

2 comments:

 

blogger templates | Make Money Online